Foto: Hari Raya Nyepi dengan tradisi pawai Ogoh-ogohnya (Ist).
Kukar – Menjelang Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1947, umat Hindu di Kampung Bali, Desa Kerta Buana, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), kembali menghidupkan tradisi leluhur dengan penuh kekhidmatan. Pada Jumat (28/3), ribuan umat Hindu berkumpul di Pura Pasopati untuk melaksanakan upacara Tawur Kesanga, dilanjutkan dengan pawai ogoh-ogoh yang memikat ribuan penonton.
Yang menarik, pawai kali ini menghadirkan generasi muda sebagai motor utama. Anak-anak usia 6–9 tahun ikut mengarak ogoh-ogoh sejauh dua kilometer, berkeliling desa dengan penuh semangat. Pemandangan ini mendapat sambutan hangat dari orang tua maupun masyarakat luas.
Menurut I Komang Widyana, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) setempat, keterlibatan anak-anak merupakan bagian dari strategi pewarisan budaya. "Ogoh-ogoh itu melambangkan upaya manusia untuk menaklukkan sifat jahat dalam diri. Dengan melibatkan anak sejak dini, mereka akan memahami makna spiritual dan tumbuh menjadi generasi yang menjaga keharmonisan," jelasnya.
Ritual Tawur Kesanga sendiri dimaknai sebagai upacara Bhuta Yadnya, yakni bentuk persembahan untuk memelihara keseimbangan alam. “Ini bukan hanya ritual, tapi penegasan bahwa alam adalah sumber kehidupan. Kami diajarkan untuk hidup selaras dengan alam,” tambah Komang.
Niyluk Dewi, salah satu orang tua, mengaku bangga anaknya bisa ikut serta dalam pawai ogoh-ogoh. "Supaya mereka cinta budaya sendiri, sekaligus jadi generasi yang kuat imannya. Saya berharap ini jadi bekal moral dan spiritual untuk masa depan mereka," ujarnya.
Setelah pawai, umat Hindu menjalani empat pantangan utama dalam Catur Brata Penyepian: Amati Geni (tidak menyalakan api), Amati Karya (tidak bekerja), Amati Lelungan (tidak bepergian), dan Amati Lelanguan (tidak bersenang-senang). Suasana hening dan penuh kekhidmatan menyelimuti desa, menandai masuknya Tahun Baru Saka.
Perayaan Nyepi di Desa Kerta Buana tahun ini menjadi bukti komitmen umat Hindu di perantauan untuk melestarikan tradisi spiritual. Lebih dari itu, keterlibatan generasi muda memperlihatkan bahwa nilai-nilai luhur tidak hanya dijaga, tetapi juga diwariskan kepada penerus bangsa. (Adv/Di/Le).
Posting Komentar