Ribuan Warga Padati Pawai Ogoh-Ogoh di Desa Kerta Buana


Foto: Kepala Desa Kerta Buana, I Dewa Ketut Basuki (Ist).


TENGGARONG – Suasana meriah mewarnai Desa Kerta Buana, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Minggu (10/3). Ribuan warga dari berbagai penjuru tumpah ruah menyaksikan pawai ogoh-ogoh dalam rangka Hari Raya Nyepi Caka 1946.


Sebanyak 1.700 umat Hindu yang menetap di desa transmigrasi asal Bali itu menggelar pawai dengan mengarak lima ogoh-ogoh raksasa yang dipersiapkan secara gotong royong. Antusiasme masyarakat, baik warga Hindu maupun non-Hindu, tampak begitu tinggi. Warga luar desa pun ikut berdatangan untuk menikmati perayaan akbar yang jarang ditemui di Kalimantan Timur ini.


Kepala Desa Kerta Buana, I Dewa Ketut Basuki, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan kali kedua setelah pandemi Covid-19. "Seluruh warga desa dari berbagai agama ikut mendukung. Dari 5.291 jiwa penduduk, semuanya guyub rukun, tidak ada perbedaan. Toleransi di desa ini sangat kuat," ujarnya.


Menurut Dewa, pawai ogoh-ogoh bukan hanya tontonan, melainkan juga simbol keberagaman dan kebersamaan. Bahkan, momentum tersebut menjadi ajang ekonomi rakyat. Banyak pedagang memanfaatkan kesempatan ini untuk berjualan, sehingga kegiatan tersebut turut mendongkrak perekonomian lokal.


Setelah pawai, umat Hindu melanjutkan rangkaian ibadah dengan Catur Brata Penyepian, yakni berdiam diri tanpa menyalakan api, tidak bepergian, tidak bekerja, serta tidak bersenang-senang. "Intinya, nyepi itu refleksi diri. Kami mengurangi aktivitas, berdiam diri, dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta," tambah Dewa.


Tak heran jika Desa Kerta Buana kerap dijuluki sebagai "Bali Mini di Kalimantan". Tradisi ogoh-ogoh dan perayaan Nyepi bukan hanya milik umat Hindu, melainkan juga menjadi kebanggaan seluruh warga desa karena telah mengakar sejak tahun 1980, saat gelombang transmigrasi warga Bali tiba di wilayah tersebut.(Adv/Di/Le).

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama