SANGATTA, Prediksi.co.id – Terjadi penurunan aktivitas yang cukup mencolok dalam program pelatihan yang diselenggarakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Kutai Timur. Pada tahun 2025 ini, kegiatan Bimbingan Teknis (bimtek) yang selama ini menjadi sarana vital peningkatan kapasitas bagi pelaku usaha dan masyarakat, terpaksa dikurangi secara signifikan. Penyebab utamanya adalah desakan untuk melaksanakan kebijakan efisiensi anggaran daerah secara konsisten dan disiplin.
Kepala Disperindag Kutim, Nora Ramadani, secara terbuka
menyoroti kontras yang terjadi antara kondisi tahun berjalan dengan situasi di
tahun-tahun sebelumnya, di mana program-program pelatihan dapat berjalan dengan
lebih maksimal. “Terus terang tahun ini agak berbeda dengan tahun yang
kemarin,” ujar Nora, mengawali paparannya tentang keterbatasan yang dihadapi.
Untuk memberikan gambaran yang jelas, ia kemudian merinci
bagaimana kondisi pada masa lalu, di mana dinasnya sangat aktif dan produktif
dalam mengadakan berbagai bentuk bimtek dengan tingkat partisipasi yang
menggembirakan dari masyarakat. “Tahun kemarin masih banyak BIMTEK-BIMTEK yang
kami adakan, Mengundang peserta sekitar 40-50 orang,” jelasnya, menunjukkan
besarnya animo dan cakupan peserta yang pernah dicapai.
Lebih dari itu, kegiatan-kegiatan peningkatan kompetensi
tersebut dilaksanakan dengan pendekatan yang inklusif dan menjangkau, tidak
hanya berpusat di wilayah perkotaan melainkan juga menyebar ke berbagai daerah
kecamatan, sebagai bentuk komitmen untuk memberikan akses pembinaan yang setara
bagi seluruh pelaku usaha di segala penjuru kabupaten. “Baik di Sangatta maupun
di kecamatan-kecamatan, kita datangkan pembimbing, pelatih, untuk melatih
mereka dalam rangka upaya meningkatkan sumber daya manusia, meningkatkan
kompetensi mereka.”
Sayangnya, situasi pada tahun 2025 menghadirkan tantangan yang berbeda. Nora menegaskan bahwa besaran dan ritme kegiatan bimbingan teknis tersebut telah mengalami penciutan yang sangat nyata. “Namun di tahun ini semuanya agak berkurang.” Faktor utama yang menjadi akar permasalahan dari pengurangan ini, tuturnya, adalah kebijakan efisiensi anggaran yang harus diikuti dan tidak ada ruang untuk ditawar.
“Karena adanya efisiensi, Terus terang hal itu tidak bisa dipungkiri,” pungkas Nora. Pengakuan langsung dari pejabat tinggi dinas ini menjadi konfirmasi resmi bahwa kebijakan penghematan fiskal daerah memiliki implikasi langsung terhadap menurunnya frekuensi program pelatihan, yang selama ini memainkan peran krusial sebagai ujung tombak dalam strategi peningkatan kompetensi dan kapabilitas para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah, yang merupakan pilar fundamental perekonomian masyarakat di Kutai Timur. (Adv/Za/Le).
Posting Komentar