Sangatta, Prediksi.co.id– Siapa bilang budaya hanya urusan orang tua? Di Sangatta, Kutai Timur (Kutim), pelajar justru mengambil peran sentral dalam pelestarian budaya lokal. Melalui forum Rembuk Budaya, ratusan siswa dari 10 sekolah di Kutim berkumpul di Rumah Dinas Bupati Kutai Timur, Bukit Pelangi, untuk membahas, mempraktikkan, dan merayakan kekayaan budaya Kutai dan Dayak yang semakin terdesak zaman.
Forum ini merupakan inisiatif OSIS SMA Prima YPPSB dengan dukungan penuh dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kutim. Rembuk Budaya disusun sebagai ajang kolaboratif lintas sekolah dan lintas generasi.
Menurut Padliyansyah, Kepala Bidang Kebudayaan Disdikbud Kutim, kegiatan ini selaras dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. “Pelaksanaan kegiatan di Rumah Dinas Bupati menandakan bahwa ini bukan sekadar kegiatan sekolah, tetapi gerakan kebudayaan yang mendapatkan tempat di tingkat pemerintah daerah,” ungkapnya.
Dua sesi utama digelar dengan pendekatan kreatif. Di sesi “Aksara dan Bahasa Kutai”, pelajar tidak hanya berdiskusi, tapi juga aktif menulis puisi, membuat vlog, dan menggambar poster bertema budaya. Sedangkan sesi “Kearifan Lokal Dayak” mengajak mereka merasakan langsung suasana ritual adat, mengenakan pakaian tradisional, serta memahami nilai harmoni antara manusia dan alam.
Indra Bengeh, tokoh adat Dayak yang hadir sebagai narasumber, menyampaikan bahwa partisipasi pelajar dalam memahami budaya adalah langkah krusial agar tidak terjadi keterputusan antar generasi. “Kami senang karena budaya Dayak bisa dikenal lebih luas dan diteruskan oleh anak muda,” katanya.
Kegiatan ini juga memunculkan kebanggaan kolektif. Bagi pelajar yang terlibat, budaya bukan lagi sekadar pelajaran di buku teks, melainkan pengalaman hidup yang menyenangkan dan membanggakan. “Kalau bukan kami yang jaga budaya sendiri, siapa lagi?” ujar salah satu peserta. (Adv Prokompin Kutim/Sol/Le).

Posting Komentar