Naiknya Tarif Tol Bal-Sam, Begini Kata Legislator Kaltim

Samarinda, Prediksi.co.id- Ketua Komisi II DPRD Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) Nidya Listiyono juga angkat bicara mengenai kenaikan tarif tol yang menghubungkan Kota Samarinda menuju Balikpapan, keputusan tarif tersebut diberlakukan sejak Rabu (26/4) lalu.

“Kalau mau bicara setuju atau tidak, tentu sekali lagi saya pribadi minta hal tersebut benar-benar dievaluasi, pertama, fasilitas yang kemudian tol, hari ini kan ada beberapa perbaikan,” tanggap Nidya saat ditemui di Gedung DPRD Kaltim Karang Paci Kota Samarinda, Jumat (29/4/2023).

Ia mengakui bahwa kenaikan tarif tol tersebut memang terintegrasi pada kebijakan nasional seluruh tol se-Indonesia, yang memang ada penyesuaian untuk dinaikkan.

Pihaknya juga meminta hal itu agar dievaluasi kembali dan juga pelayanannya memang perlu ditingkatkan, jangan sampai tarif tol naik, akan tetapi pelayanannya belum maksimal, apalagi kondisi jalan saat ini yang kemudian masih ada beberapa titik yang masih rawan dan berbahaya. 

“Jadi saya pikir pemerintah harus bijak untuk menentukan sebuah keputusan yang berakibat pada perputaran ekonomi masyarakat setempat,” ucap Nidya.

Ia mengatakan, kalau bicara setuju atau tidak setuju, ini bukan ranah pihak DPRD, karena tentu masyarakat kemungkinan keberatan, itu sudah pasti ada muncul beragam komentar.

Dirinya juga memantau, saat ini pengendara yang berangkat dari Samarinda menuju Balikpapan banyak menggunakan jalur lama (selain tol), yakni akses menuju Taman Hutan Rakyat Bukit Soeharto, karena kalau dihitung-hitung bila naiknya menjadi Rp150 ribu, maka bisa menutupi biaya BBM.

“Itu kalau isi bensin mereka bisa pulang pergi Samarinda-Balikpapan,” imbuh Nidya.

Ia menganalogikan dari sisi bisnis, ini tentu merugikan pengelola tol, sebab dari sisi kompetitif saja, kenaikan tol tersebut dapat mengurangi intensitas kendaraan yang melewati jalur tersebut dan berpindah ke jalur reguler.

Lanjutnya, hal tersebut angka berdampak pada berkurangnya perputaran pendapatan dari tol itu sendiri. Artinya titik impas (break even point) pengembalian investasi akan tol tersebut tentu akan semakin lama.

“Maksud saya inikan ada sisi kompetitif, dari sisi bisnis, apakah nanti ketika dinaikkan, kemudian jumlah kendaraan yang melewati tol itu akan meningkat atau turun, tentu secara bisnis mereka harus mempertimbangkan itu,” ungkap Nidya.

Ia menjelaskan mengapa hal tersebut harus dievaluasi, kerena kendaraan yang lewat makin kecil, sebab jika dibanding-bandingkan antara jarak dan biaya bahan bakar minyak, tentu lebih menguntungkan jika menggunakan jalur non tol. (Fdi/Le/ADV/DPRD Kaltim)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama