Teks foto : Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kaltim, Andi Satya Adi Saputra. (Foto: Ist)
SAMARINDA - Kenakalan remaja maupun menikah di usia dini menjadi salah satu aspek yang perlu diperhatikan oleh setiap jajaran pemerintah. Khususnya dampak negatif kehamilan muda yang mampu menjadi penyebab utama stunting.
Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kaltim, Andi Satya Adi Saputra, menyoroti dampak negatif kehamilan usia muda yang tidak hanya memengaruhi kehidupan sosial dan ekonomi pasangan, tetapi juga berisiko tinggi terhadap kesehatan anak, terutama dalam kaitannya dengan stunting.
“Pasangan yang menikah dan hamil di usia muda sering kali belum memiliki kesiapan mental, sosial, maupun ekonomi untuk membesarkan anak secara optimal,” jelasnya, Kamis (17/4/2025).
Ia menjelaskan bahwa usia yang terlalu muda dan kesiapan yang belum matang sering kali menyebabkan kurangnya perhatian terhadap kebutuhan nutrisi dan kesehatan selama masa kehamilan. Hal ini menjadi salah satu pemicu stunting, sebuah kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis yang dampaknya dapat berlangsung seumur hidup.
Andi menambahkan bahwa stunting berdampak serius pada perkembangan fisik dan kognitif anak. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, anak-anak yang lahir dari ibu muda memiliki risiko stunting yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak dari ibu yang lebih matang secara ekonomi dan sosial.
“Kurangnya akses ke layanan kesehatan, rendahnya kesadaran akan pentingnya asupan nutrisi, dan kondisi lingkungan yang kurang mendukung turut berkontribusi pada tingginya angka stunting,” ujarnya.
Menurut Andi, perencanaan keluarga harus mempertimbangkan kesiapan ekonomi, pendidikan, dan pemahaman tentang kesehatan reproduksi.
“Kehamilan bukan hanya tanggung jawab ibu, tetapi juga membutuhkan dukungan penuh dari suami dan keluarga. Sayangnya, pasangan muda sering kali belum siap secara ekonomi, sehingga sulit mencukupi kebutuhan kesehatan dan nutrisi ibu serta janin,” ungkapnya.
Penyuluhan kesehatan dan edukasi perencanaan keluarga sejak dini pun dinilai sangat penting, khususnya di kalangan remaja. Dengan pengetahuan yang memadai, diharapkan mereka lebih memahami risiko kehamilan di usia muda dan pentingnya kesiapan dalam berkeluarga.
“Edukasi reproduksi harus lebih gencar, terutama di sekolah-sekolah. Remaja perlu memahami dampak jangka panjang dari kehamilan dini,” bebernya
Andi mendorong pemerintah untuk memperkuat program kesehatan ibu dan anak, termasuk akses terhadap pelayanan kesehatan berkualitas di daerah yang memiliki risiko tinggi stunting.
Program seperti pemberian makanan tambahan untuk ibu hamil dan bayi serta pemeriksaan kehamilan rutin di fasilitas kesehatan harus menjadi prioritas.
“Layanan kesehatan harus bisa diakses oleh semua kalangan, terutama mereka yang rentan secara sosial dan ekonomi. Ini adalah investasi penting untuk masa depan generasi kita,” tegasnya.
Selain itu, edukasi gizi bagi ibu hamil juga perlu diperkuat, terutama di daerah terpencil. Ketidaktahuan tentang pentingnya asupan nutrisi yang tepat sering kali menyebabkan malnutrisi pada ibu hamil, yang berdampak pada kesehatan janin.
“Nutrisi yang baik, seperti zat besi, asam folat, protein, dan mikronutrien lainnya, sangat penting untuk mendukung tumbuh kembang anak sejak dalam kandungan,” ujarnya.
Andi berharap edukasi dan akses layanan kesehatan reproduksi dapat ditingkatkan secara menyeluruh untuk mencegah kehamilan usia muda dan menurunkan angka stunting di Indonesia melalui kolaborasi antara DPRD, pemerintah daerah, dan masyarakat. (Adv/Rk/Le).
Posting Komentar