Banjir Samarinda Dinilai Dampak Kerusakan Lingkungan, Damayanti Desak Aksi Mitigasi Konkret

Teks foto : Ilustrasi banjir yang ada di Kota Samarinda (istimewa).

SAMARINDA – Bencana banjir dan longsor yang kembali terjadi di sejumlah wilayah Samarinda beberapa waktu lalu mendapat perhatian serius dari Anggota DPRD Kalimantan Timur (Kaltim), Damayanti. Ia menilai, peristiwa ini bukan sekadar dampak cuaca ekstrem, melainkan alarm atas krisis lingkungan yang kian memburuk.

“Ini bukan hanya soal curah hujan tinggi. Ini cermin dari rusaknya keseimbangan alam yang terus kita abaikan,” ujar Damayanti, Jumat (23/5/2025).

Menurut politisi PKB itu, kerusakan lingkungan di Samarinda dan daerah sekitarnya telah berlangsung cukup lama. Konversi lahan yang masif, minimnya ruang terbuka hijau, deforestasi, dan sistem drainase yang tidak memadai dianggap sebagai penyumbang utama bencana hidrometeorologi.

“Kita sedang memetik akibat dari kebijakan tata ruang yang tidak berpihak pada lingkungan. Kalau tidak segera dibenahi, bencana seperti ini akan jadi langganan tahunan,” tegasnya.

Mantan anggota DPRD Kota Samarinda itu juga menyoroti lemahnya upaya mitigasi dari pemerintah daerah. Ia menilai perlu ada percepatan dalam penanganan daerah rawan bencana, termasuk penguatan edukasi kepada masyarakat dan pengawasan lebih ketat terhadap aktivitas industri yang berdampak pada lingkungan.

“Kita butuh langkah nyata, bukan hanya reaktif setelah banjir terjadi. Pemerintah harus hadir sebelum bencana, bukan setelahnya,” ujarnya.

Damayanti pun mengajak seluruh elemen masyarakat, termasuk swasta dan komunitas lingkungan, untuk bersama-sama menciptakan sistem perlindungan ekosistem yang berkelanjutan. Ia menyebut kolaborasi lintas sektor menjadi kunci utama dalam membangun ketahanan terhadap bencana.

“Kalau semua pihak saling diam, maka kerugiannya akan terus membesar. Saatnya kita serius menjadikan lingkungan sebagai prioritas utama dalam pembangunan,” tutupnya. (Adv/rk/le).


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama