Teks foto : Sekretaris Komisi IV DPRD Kaltim, Darlis Pattalongi (rk).
SAMARINDA, Prediksi.co.id- Keputusan Rumah Sakit Haji Darjad (RSHD) untuk menghentikan seluruh kegiatan operasional sejak awal Mei 2025 menuai sorotan tajam dari DPRD Kalimantan Timur. Penutupan rumah sakit swasta bersejarah itu dinilai tidak hanya berdampak pada layanan kesehatan masyarakat, tetapi juga mengguncang nasib para tenaga medis dan karyawan.
Sekretaris Komisi IV DPRD Kaltim, Darlis Pattalongi, menyayangkan langkah sepihak manajemen RSHD yang menurutnya dilakukan tanpa skema penyelamatan atau solusi jangka pendek yang melibatkan para pekerja.
“Karyawan itu bukan sekadar angka. Mereka adalah manusia dengan keluarga yang hidupnya bergantung pada rumah sakit ini. Kalau rumah sakit ditutup begitu saja, bagaimana nasib mereka?” ujar Darlis, Selasa (3/6/2025).
Ia menyebut bahwa RSHD bukan rumah sakit biasa. Lembaga itu, menurutnya, pernah menjadi bagian penting dalam sejarah pelayanan kesehatan di Samarinda dan Kaltim secara umum. Karena itu, penutupan mendadak tanpa ruang komunikasi dinilai tidak bijak.
“Kita tidak menolak pembenahan. Tapi bukan berarti membenahi sambil mengorbankan orang-orang yang selama ini berdiri menopang rumah sakit. Harus ada tanggung jawab moral,” tegas politisi dari PAN tersebut.
DPRD Kaltim sebelumnya telah berupaya memfasilitasi pertemuan antara manajemen rumah sakit dan para pekerja melalui forum resmi di parlemen. Namun, Darlis mengaku kecewa karena pihak manajemen belum memberikan tanggapan terbuka terhadap undangan tersebut.
“Kami ingin duduk bersama, mencari jalan tengah, bukan menyudutkan siapa pun. Tapi sayangnya manajemen terkesan menutup diri. Ini sikap yang justru memperpanjang persoalan,” tambahnya.
Komisi IV DPRD Kaltim pun meminta Dinas Ketenagakerjaan, Dinas Kesehatan, serta organisasi profesi ikut turun tangan agar tidak terjadi pelanggaran hak tenaga kerja.
“Hak-hak pekerja harus dijamin, baik itu pesangon, BPJS, atau solusi penempatan kembali. Kita tidak boleh membiarkan rumah sakit ini menghilang begitu saja, lalu para pekerjanya dibiarkan menggantung,” tutup Darlis. (Adv/Rk/Le).
Posting Komentar