Teks foto : Anggota Komisi II DPRD Kaltim, Guntur (istimewa).
SAMARINDA - Keputusan dua negara besar, China dan India, memangkas impor batu bara dari Indonesia demi memperoleh batu bara berkalori lebih tinggi dari negara lain, dipastikan tidak akan berdampak signifikan terhadap perekonomian Kalimantan Timur.
Anggota Komisi II DPRD Kaltim, Guntur, menegaskan bahwa imbas terbesar hanya terasa pada sektor Dana Bagi Hasil (DBH), karena kontribusi langsung ke daerah lebih banyak berasal dari pajak alat berat ketimbang ekspor batu bara itu sendiri.
“Imbas ke kita cuma DBH saja, karena yang menyentuh langsung ke daerah hanya dari sektor pajak alat berat,” jelasnya usai menghadiri rapat di DPRD Kaltim, Jumat (11/7/2025).
Meski demikian, DPRD Kaltim disebut tengah memprioritaskan upaya menggali potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor di luar pertambangan. Menurut Guntur, kontribusi PAD dari sektor batu bara saat ini masih tergolong kecil, padahal ratusan perusahaan tambang beroperasi di wilayah Kaltim.
Saat disinggung soal potensi pemangkasan tenaga kerja akibat penurunan ekspor, Guntur menegaskan belum ada indikasi ke arah tersebut. Namun, ia berharap perusahaan tambang tidak melakukan pengurangan karyawan secara massal sebagai dampak perubahan pasar global.
“Kita berharap imbas negatif tidak terjadi. Jangan sampai ada yang dirumahkan karena kondisi pasar. Apalagi saat ini batu bara juga digunakan untuk kebutuhan PLTU dalam negeri,” pungkasnya. (Adv/Er/Le).
Posting Komentar