SANGATTA, Prediksi.co.id – Luka panjang yang ditinggalkan industri pertambangan di berbagai daerah Indonesia menjadi cermin serius bagi Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Kutim). Bupati Kutim H Ardiansyah Sulaiman mengingat betul bagaimana Loa Kulu dan Sanga-Sanga di Kabupaten Kutai Kartanegara yang dulu semarak oleh aktivitas tambang, kini menyisakan lubang menganga, ekonomi lesu, dan lahan pascatambang yang sulit dimanfaatkan. Sawahlunto di Sumatera Barat bahkan sempat dijuluki “kota mati” setelah tambang batubaranya berhenti beroperasi sebelum pelan-pelan bangkit lewat wisata warisan tambang.
“Dari pengalaman itu kita belajar, bahwa tambang tanpa
perencanaan keberlanjutan hanya menghasilkan kemakmuran sesaat,” tegas
Ardiansyah saat membuka Seminar Nasional bertema “Optimalisasi Keberlanjutan
Tambang Menuju Kemandirian Ekonomi Masyarakat di Era Pascatambang” di Ruang
Meranti, Kantor Bupati Kutim.
Seminar yang diprakarsai Perhimpunan Ahli Pertambangan
Indonesia (PERHAPI) Kutim tersebut menghadirkan Dirjen Mineral dan Batubara
(Minerba) Kementerian ESDM RI, Tri Winarno, dan Ketua Umum PERHAPI Nasional,
Sudirman Widhy Hartono, yang bergabung secara daring dari Jakarta. Sejumlah
pelaku industri, akademisi, praktisi, hingga pelajar dari berbagai wilayah
Kalimantan Timur turut terlibat aktif.
Dalam forum itu, Ardiansyah menegaskan bahwa prinsip ESG (Environment,
Social, Governance) kini menjadi arah kebijakan konkret Kutim.
“Keberlanjutan ekonomi dan lingkungan di wilayah tambang
harus dimulai ketika tambang masih berjalan, bukan setelahnya,” ujar
Ardiansyah.
Kutim telah memulai langkah nyata. Pemerintah daerah
menggandeng perusahaan tambang, BUMD, serta Koperasi Desa Merah Putih untuk
membangun ekonomi baru pascatambang. Salah satu contoh, void bekas tambang di
Kecamatan Teluk Pandan milik PT Indomindo Mandiri kini diubah menjadi sumber
air bersih dan kawasan pertanian produktif bagi warga sekitar.
Dari Jakarta, Tri Winarno mengapresiasi langkah Kutim yang dinilai visioner. Menurutnya, penerapan ESG akan memperkuat efisiensi, transparansi, dan partisipasi masyarakat lokal dalam rantai nilai pertambangan. Senada, Sudirman Widhy Hartono menyebut komitmen Kutim sebagai model penting agar tambang tidak lagi meninggalkan luka sosial. (Adv Prokompin Kutim/SOl/Le).

Posting Komentar