Teks foto : Ketua Komisi II DPRD Kaltim, Sabaruddin Panrecalle (rk).
SAMARINDA – Gedung eksklusif berlantai delapan yang dulunya dibangun untuk mendukung perhelatan olahraga nasional kini justru menjadi simbol aset tidur di tengah Kota Samarinda. Hotel Atlet di kawasan GOR Kadrie Oening, yang telah menghabiskan anggaran renovasi hingga Rp111,2 miliar, dinilai belum memberi kontribusi berarti bagi pendapatan daerah.
Hal ini mendorong Komisi II DPRD Kalimantan Timur turun langsung meninjau lokasi, Rabu (28/5/2025), untuk melihat secara dekat kondisi aktual bangunan yang terakhir direvitalisasi menjelang MTQ Nasional 2024 lalu.
Ketua Komisi II, Sabaruddin Panrecalle, menyebutkan bahwa hotel tersebut secara fisik sudah sangat layak operasional, namun terganjal oleh ketidakjelasan tata kelola. “Ini bukan soal layak atau tidaknya bangunan. Ini soal manajemen yang belum jalan. Kalau dibiarkan, bukan hanya rugi, tapi juga jadi preseden buruk pengelolaan aset publik,” ujarnya.
Dari segi potensi, fasilitas ini dipandang sangat strategis. Terletak di pusat aktivitas olahraga dan pemerintahan, Hotel Atlet bisa dikembangkan menjadi penginapan semi-komersial untuk tamu resmi, atlet, maupun acara daerah. Namun, hingga kini belum ada regulasi tarif dan mekanisme sewa yang memadai.
Komisi II juga menyoroti tren berulangnya aset daerah yang terbengkalai pasca dibangun. Dalam catatan mereka, tidak sedikit fasilitas publik bernilai miliaran yang akhirnya mangkrak karena lemahnya perencanaan pasca konstruksi.
“Kita tidak ingin Hotel Atlet jadi contoh kegagalan perencanaan jangka panjang. Ini harus segera diubah jadi aset produktif,” imbuh Sabaruddin.
Komisi II mendesak Pemprov Kaltim segera merumuskan kebijakan pemanfaatan dengan pola yang realistis—baik melalui kerja sama pihak ketiga, unit usaha pemerintah, atau mekanisme pemanfaatan langsung. Yang terpenting, aset ini mulai beroperasi dan memberi pemasukan nyata bagi daerah. (Adv/rk/le).
Posting Komentar