Teks foto : Anggota Komisi IV DPRD Kaltim, Agusriansyah (istimewa).
SAMARINDA - Anggota Komisi IV DPRD Kalimantan Timur, Agusriansyah Ridwan, memperingatkan pemerintah daerah dan stakeholder kepemudaan agar tak lagi menunda penyusunan strategi penguatan pemuda menghadapi masa depan pasca-tambang. Menurutnya, generasi muda harus diposisikan sebagai garda terdepan dalam membentuk struktur ekonomi baru di Benua Etam.
“Jangan sampai kita terlambat menyusun langkah. Bonus demografi hanya datang sekali, kalau tidak disiapkan dari sekarang, kita kehilangan momentum dan energi anak muda hanya akan jadi potensi yang tak terpakai,” ujar Agusriansyah, Kamis (19/6/2025).
Ia menyebutkan bahwa mayoritas agenda pengembangan pemuda di Kalimantan Timur masih bersifat normatif dan belum diarahkan pada transisi ekonomi pasca batu bara. Padahal, menurutnya, tantangan ini sudah di depan mata.
“Sudah saatnya KNPI, dinas kepemudaan, dan organisasi lain duduk satu meja. Kita harus jawab pertanyaan penting: pasca tambang, pemuda Kaltim akan jadi apa?” tegas legislator asal Bontang, Kutai Timur, dan Berau itu.
Agusriansyah menyoroti ketiadaan data terstruktur sebagai hambatan utama. Ia menilai, hingga kini belum tersedia database pemuda berbasis wilayah, potensi, dan minat ekonomi di seluruh kabupaten/kota.
“Kalau tidak punya data, program hanya akan mengawang. Kita butuh peta pemuda yang akurat untuk menyusun pelatihan, inkubasi usaha, sampai akses pembiayaan,” ujarnya.
Ia juga menegaskan bahwa kesiapan SDM muda Kaltim harus menjadi proyek lintas sektor. Pemerintah daerah diminta tidak lagi bekerja sendiri, melainkan bermitra aktif dengan dunia industri, kampus, dan lembaga swadaya.
“Dunia usaha butuh tenaga kerja siap pakai. Kenapa tidak kita siapkan anak-anak muda Kaltim untuk itu dari sekarang? Kasih mereka pelatihan bersertifikat, pendampingan usaha, dan akses pasar,” jelasnya.
Agusriansyah menambahkan, jika pembangunan ekonomi baru hanya dibebankan pada proyek IKN atau sektor formal lain, sementara pemudanya tidak disiapkan, maka yang terjadi adalah ketimpangan.
“Pemuda jangan jadi penonton di rumah sendiri. Kita ingin mereka jadi aktor utama di panggung ekonomi baru, bukan korban dari transisi tambang yang tidak direncanakan,” pungkasnya. (Adv/Rk/Le).
Posting Komentar