Ekti Imanuel: Sekolah Tanpa Guru Lokal Hanya Jadi Monumen Beton

Teks foto : Wakil Ketua DPRD Kaltim, Ekti Imanuel (istimewa).


SAMARINDA - Wakil Ketua DPRD Kalimantan Timur, Ekti Imanuel, mengingatkan bahwa pembangunan pendidikan di wilayah pedalaman tidak cukup hanya mengandalkan pembangunan fisik sekolah. Menurutnya, tanpa penyiapan sumber daya manusia lokal sebagai tenaga pendidik, gedung sekolah hanya akan menjadi simbol kosong tanpa makna nyata bagi kemajuan pendidikan.


“Pemerintah jangan hanya bangga bisa bangun gedung. Pertanyaannya: siapa yang akan mengajar di sana? Sekolah bukan museum, tapi tempat mencetak generasi,” ujar Ekti, Senin (16/6/2025).


Ia menilai pola pembangunan saat ini terlalu terjebak pada proyek infrastruktur dan mengabaikan investasi pada manusia sebagai inti dari proses pendidikan. Situasi ini, menurutnya, terlihat nyata di daerah-daerah seperti Mahakam Ulu dan Kutai Barat, yang masih kesulitan mendapatkan guru tetap karena mengandalkan tenaga dari luar daerah.


“Guru dari luar biasanya hanya sebentar. Begitu bisa pindah ke kota, mereka pergi. Akhirnya daerah itu bolak-balik kekurangan guru. Ini siklus yang tak pernah putus,” jelasnya.


Ekti mendorong agar pemerintah daerah mengambil langkah konkret dengan menyiapkan generasi lokal menjadi pendidik. Salah satunya adalah memberikan beasiswa pendidikan guru bagi lulusan SMA atau sarjana dari pedalaman, dengan syarat mereka kembali dan mengabdi di daerah asalnya.


“Kalau kita siapkan anak-anak lokal, mereka akan punya rasa tanggung jawab terhadap kampung halamannya. Mereka tidak akan pergi saat keadaan sulit,” tegasnya.


Ia juga mengingatkan bahwa pendidikan tidak bisa diukur hanya dari berapa banyak bangunan didirikan. Lebih penting adalah bagaimana memastikan setiap ruang kelas diisi oleh guru yang berkompeten dan berdedikasi.


“Tanpa guru, sekolah hanya jadi bangunan sunyi. Ini bukan sekadar soal pembangunan, tapi soal arah kebijakan,” ucapnya.


Untuk itu, Ekti menyerukan kolaborasi antara DPRD, pemerintah daerah, dan institusi pendidikan tinggi untuk menyusun peta jalan penguatan tenaga pendidik berbasis lokal. Ia menilai keberpihakan pada guru lokal adalah kunci dalam membangun sistem pendidikan yang tahan lama di wilayah 3T.


“Kita tidak butuh sekolah mewah yang kosong. Kita butuh sekolah sederhana tapi hidup karena ada guru yang bertahan,” tutupnya. (Adv/Rk/Le).


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama