Angka Kemiskinan dan Pengangguran Menurun?



Foto: Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto.


Jakarta, Prediksi.co id- Di tengah gejolak opini publik dan silang pendapat mengenai arah ekonomi nasional, Presiden Prabowo Subianto memberikan sinyal optimisme baru. Dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari kanal YouTube Partai Solidaritas Indonesia pada Senin (22/7/2025), Prabowo menyampaikan bahwa angka kemiskinan absolut dan pengangguran di Indonesia menunjukkan tren menurun, berdasarkan laporan dari Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti.


Bukan sekadar angka, data yang disampaikan ini menyimpan harapan dan arah kebijakan masa depan. “Kepala BPS lapor ke saya angka pengangguran menurun, angka kemiskinan absolut menurun, ini BPS yang bicara,” ujar Prabowo dalam pernyataan tegas, namun sarat makna.


Namun di balik semangat optimisme itu, Prabowo tidak merinci secara detail berapa besar penurunan yang terjadi. Ia lebih memilih menggambarkan situasi bangsa dalam konteks narasi besar: melawan pesimisme. “Kita berada di jalan yang benar. Usaha untuk membuat seolah-olah Indonesia dalam keadaan susah, gelap, dan gagal adalah bentuk upaya yang menurunkan semangat kita,” tambahnya, menegaskan bahwa narasi negatif adalah musuh besar bagi pembangunan.


Data BPS menyebutkan bahwa persentase penduduk miskin pada September 2024 tercatat sebesar 8,57 persen—mengalami penurunan 0,46 poin dari Maret 2024 dan 0,79 poin dari Maret 2023. Ini berarti, dalam satu tahun terakhir, Indonesia berhasil menurunkan angka kemiskinan absolut secara signifikan. Dari sisi jumlah, penduduk miskin turun menjadi 24,06 juta orang, atau berkurang 1,16 juta jiwa sejak Maret 2024.


Namun, fakta menarik muncul. Hingga saat ini, BPS belum merilis angka kemiskinan terbaru untuk pertengahan 2025. Rilis yang dijadwalkan pada 15 Juli ditunda secara mendadak. Kepala BPS, Amalia, dalam rapat bersama Komisi X DPR RI, menjelaskan bahwa penundaan ini bukan tanpa alasan.


“BPS akan terus menyampaikan data seobjektif mungkin. Salah satu alasannya karena kami ingin memastikan kualitas dan kekuatan data. Jadi tidak ada alasan lain,” jelas Amalia di Senayan, Kamis (17/7/2025).


Menurut Amalia, kualitas data adalah prioritas utama. Dalam suasana politik yang sarat kepentingan, integritas data menjadi benteng netralitas kebijakan. Ia pun menegaskan bahwa pihaknya tidak pernah mendapat tekanan dari pihak manapun untuk mengubah, menghambat, atau mempercepat rilis angka statistik.


Narasi Presiden Prabowo bukan hanya tentang angka statistik, tetapi tentang arah pandang: bagaimana melihat Indonesia ke depan. Di satu sisi, pemerintah ingin menunjukkan keberhasilan. Di sisi lain, publik menanti pembuktian nyata di lapangan—apakah data itu sejalan dengan kondisi sehari-hari warga di desa, kota kecil, dan kawasan urban yang masih bergelut dengan mahalnya harga kebutuhan pokok dan sulitnya lapangan kerja.


Feature ini bukan hendak mempertanyakan data, tetapi mengajak pembaca untuk menyelami lebih dalam: bahwa di balik statistik, ada wajah-wajah manusia. Ada petani yang kini bisa menyekolahkan anaknya, buruh yang akhirnya bisa menabung, dan pengangguran yang kini bekerja kembali. Namun, ada juga mereka yang belum tersentuh, menunggu giliran untuk merasakan dampak dari angka yang diturunkan itu.


Indonesia memang sedang berjalan di jalan yang panjang menuju kemajuan. Tapi seperti yang disampaikan Presiden Prabowo, menjaga semangat adalah bagian penting dari perjalanan itu. Optimisme, bila dibarengi data dan kebijakan yang tepat sasaran, bukan hanya wacana—melainkan harapan yang bisa dirasakan nyata. (Di/Le).

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama