Saat Hulu Menyapa Hilir Lewat Layar Putih, Bioskop Terapung di Muara Enggelam


Kukar- Biasanya, kita mengenal bioskop hanya ada di kota. Di mal. Dengan kursi empuk dan AC dingin.
Tapi siapa sangka, bioskop juga bisa hadir di hulu. Di atas perahu. Di tengah danau.


Festival Director Layar Mahakam, Al Fayed, menyebutnya perjalanan balik. Hulu mendekat ke hilir. Hilir kembali belajar ke hulu. Sebuah perputaran yang jarang kita sadari.


“Kita tahu bioskop itu ada di hilir. Sekarang giliran hulu yang bicara. Dari sinilah kita belajar, bahwa kita kembali lagi ke asal,” kata Al Fayed.


Bioskop terapung yang singgah di Muara Enggelam bukan sekadar tontonan. Ia adalah jembatan. Menghubungkan yang jauh. Mengingatkan bahwa budaya tak selalu lahir di pusat.


Film pendek yang diputar bahkan lahir dari desa itu sendiri. Anak-anak lokal menjadi aktornya. Dengan segala kepolosan, mereka belajar mengikuti arahan sutradara. Sebuah pengalaman yang tak hanya menambah pengetahuan, tapi juga menyalakan mimpi.


Madi, Kepala Desa, berkata lirih, “Anak-anak jadi lebih aktif, mereka bangga bisa main film.”


Malam itu, di Muara Enggelam, bioskop bukan hanya layar. Ia adalah cara baru bercerita. Tentang hulu yang sering dianggap jauh. Tentang hilir yang akhirnya mau mendengar.


Danau yang sunyi malam itu menjadi saksi: ada jembatan baru yang terbentang. Dari layar putih di atas air. (Adv/Di/Le).

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama